Balada si Kitty

Lucu banget kelakuan si Kitty, anjing sepupu saya.

Setiap pagi, jika tukang jualan yang memakai cara konvensional (baca: teriak) lewat di depan rumah, ia akan dengan galak menyalak seolah-olah hendak mengusir mereka.

Akan tetapi, jika yang lewat tukang roti dengan pengeras suara yang ada lagu-lagunya itu, dia langsung ngibrit terbirit-birit mencari perlindungan dan mengeluarkan suara ibarat tangisan. Dia takut…

Kalau sudah begitu, saya cuma bisa tersenyum-senyum menyaksikan tingkahnya itu. Dasar Kitty sok jago, padahal pengecut.

Yah, kadang kita juga begitu, bukan? Seperti pepatah “Tong kosong nyaring bunyinya”, biasanya yang bersuara paling vokal justru yang nggak tahu apa-apa, yang sebenarnya pengecut.

2 thoughts on “Balada si Kitty

  1. hihihi.

    benar juga, ya…
    untuk bercermin, baca tulisan kamu ini pas rasanya.
    aku jadi ingat temanku yang seperti itu. terlalu banyak berbicara yang justru menurunkan kualitas pemikirannya. 🙂

  2. Iya kha, pepatah itu bukan cuma buat dihapal masa SD, ternyata memang ada pesan yang ingin disampaikan… He he he…

    Aku juga suka il-feel sama orang yg too much kalau berbicara mengenai sesuatu, padahal semakin ketahuan kalau dia nggak tahu apa-apa.

Leave a comment